Peran Internet Sebagai Mediasi #4

1. Apa peran internet sebagai mediasi?

Sebelumnya kita harus tau apa itu pengertian mediasi. Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.

Mediasi disebut emergent mediation apabila mediatornya merupakan anggota dari sistem sosial pihak-pihak yang bertikai, memiliki hubungan lama dengan pihak-pihak yang bertikai, berkepentingan dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan kesan yang baik misalnya sebagai teman yang solider.

Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator (seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau lebih yang bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai pendamping dan penasihat. Sebagai salah satu mekanisme menyelesaikan sengketa, mediasi digunakan di banyak masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus konflik.(1)

2. Peran internet sebagai mediasi yang memungkinkan terbentuknya berbagai model consciousness dan mendorong terbentuknya collective unconsciousness.

  1. Consciousness

Sadar atau kesadaran kolektif adalah seperangkat keyakinan bersama, gagasan dan sikap moral yang beroperasi sebagai kekuatan pemersatuan dalam masyarakat. Istilah ini diperkenalkan oleh sosiologi Perancis Emile Durkheim di Divisinya Buruh di Masyarakat pada tahun 1893.

Menurut teori Jung, seperti yang dikutip Alwisol (2004) dalam bukunya Psikologi Kepribadian,consciousness muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi ssemakin spesifik ketika bayi itu mulai mengenal manusia dan ojek disekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan persepsi, pikiran, perasaan dan ingatan yang bisa masuk ke kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke kesadaran. Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribaddian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.

  1. Unconsciousness

Alam tidak sadar (Unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada di balik perilaku tersebut. Menurutnya ketidaksadaran mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting serta segala sesuatu yang termasuk keduanya dan alam tak sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia

Menurut Freud keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slips of the tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).

Sebenarnya, Freud bukanlah orang pertama yang menemukan ide tentang alam tidak sadar(unconsciousness), tapi dialah yang membuat ide tersebut menjadi terkenal, dan harus diakui, bahwa pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi logisnya.

Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti :

  1. Mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri.
  2. Salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya.
  3. Sugesti paska hipnotik.
  4. Materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas.
  5. Materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik dari simptom psikotik.
  1. Collective Unconsciousness

Ketidaksadaran kolektif istilah dari psikologi analitis, yang diciptakan oleh Carl Jung.  Hal ini diusulkan untuk menjadi bagian dari pikirin bawah sadar, dinyatakan dalam kemanusian dan semua bentuk kehidupan dengan sistem saraf, dan mmenjelaskan bagaimana struktur jiwa mandiri mengatur pengalaman. Jung dibedakan ketidaksadaran kolektif dari ketidak sadaran pribadi, dalam ketidaksadaran pribadi adalah reservoir pribadi pengalaman unik untuk setiap individu, sedangkan terkumpul ketidaksadaran kolektif dalam cara yang sama dengan masing-masing anggota dari suatu spesis tertentu.

Collective unconsciousness disebut juga transpersonal unconscious, konsep asli Jung yang paling kontroversial; suatu sistem psikis yang paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologik mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung, evolusi makhluk (manusia) memberi cetak biru bukan hanya mengenai fisik/tubuh tetapi juga mengenai kepribadian. Taksadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur pramanusia/binatang (ingat teori evolusi Darwin). Ingatan yang diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas generasi. Namun yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran yang spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk memikirkan sesuatu. Tak sadar kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun ego, tak sadar pribadi dan pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari dari pengalaman secara substansial dipengaruhi oleh tak sadar kolekif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkah laku sejak bayi. Tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif sangat membantu manusia dalam menyimpan semua yang telah dilupakan/diabaikan., dan semua kebijakan dan pengalaman sepanjang sejarah. Mengabaikan tak sadar dapat merusak ego karena taksadar dapat membelokkan tingkah laku menjadi menyimpang seperti phobia, delusi, dan simpton gangguan psikologis. Isi utama dari tak sadar kolektif adalah arketipe, yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud simbolisasi.(2)

3. Etika dalam penelitian dengan bantuan internet

Etika penelitian internet adalah seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan penggunaan komputer. Etika berasal dari 2 suku kata yaitu etika (bahasa Yunani: ethos) adalah adat istiadat atau kebiasaan yang baik dalam individu, kelompok, maupun masyarakat dan komputer (bahasa Inggris: to compute) merupakan alat yang digunakan untuk menghitung dan mengolah data. Jumlah interaksi manusia dengan komputer yang terus meningkat dari waktu ke waktu membuat etika komputer menjadi suatu peraturan dasar yang harus dipahami oleh masyarakat luas.

Etika penelitian dengan bantuan internet berkaitan dengan “benar” atau “salah” dalam melakukan penelitian. Seorang peneliti dalam hal ini perlu memperhitungkan apakah penelitiannya layak atau tak layak.

Adanya peraturan yang harus dilakukan dalam etika penelitian dalam internet, di antaranya adalah:

  1. Menghormati martabat subjek penelitian

Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek juga harus dihargai.

  1. Asas kemanfaatan.

Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.

  1. Berkeadilan

Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.

  1. Informed consent

Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Aspek utama informed consent yaitu informasi, komprehensif, dan volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian, tatacara penelitian yang akan dilakukan, manfaat yang akan diperoleh, kemungkinan resiko yang akan terjadi, dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja.

Dan dalam penelitian yang dilakukan harus menghargai kebebasan individual untuk bertindak sebagai responden atau subjek penelitian dalam melakukan survey di internet. Responden juga harus dijamin dan dilindungi karena pengambilan data dalam penelitian akan menyinggung ke arah hak asasi manusia. Meskipun suatu penelitin sangat bermanfaat, namun apanila melanggar etika penelitian, makan penelitian tersebut tidak boleh dilaksanakan.(3)

4. Faktor Penyebab mengapa seseorang itu melakukan plagiat

 Adapun Faktor–faktor penyebab seseorang melakukan plagiat antara lain adalah (Irawati, 2008):

  1. Tekanan yang terlalu besar (bersifat situasional) yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka dan nilai.
  2. Pendidikan karakter baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan pelajar/mahasiswa
  3. Sikap malas dan rendahnya motivasi belajar, sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
  4. Pengaruh teman sebaya
  5. Tidak memiliki self-efficaccy terhadap kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan tugas/soal ujian.

plagiarism2

Dalam buku Psychology of Academic Cheating faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mencotek (plagiat) digolongkan dalam empat kategori yaitu: (1) Demografi (usia, jenis kelamin, dan perbedaan kebudayaan), (2) Kepribadian (dorongan mencari sensasi, self control, perkembangan moral dan sikap), (3) Motivasi (tujuan dan alasan dalam pembelajaran) dan (4) Akademik meliputi kemampuan seseorang (Anderman dan Murdock, 2007). Menurut bandura, perilaku mencontek (plagiat) dipengaruhi oleh dua hal yaitu disebabkan faktor dari dalam dan di luar dirinya (dalam Vegawati, 2004). Hal tersebut meliputi konsep diri dan harga diri yang dimiliki seseorang.

Teori motivasi menjelaskan bahwa mencontek (plagiat) bisa terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi tertekan dan tidak percaya diri, atau apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki (Bandura, 1977). Semakin besar harapan atau semakin tinggi prestasi yang diinginkan dan semakin kecil potensi yang dimiliki maka semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk melakukan plagiat. Dalam hal seperti itu maka, perilaku menyontek (plagiat) akan menunggu kesempatan saja, jika ada kesempatan maka

terjadilah sebuah perilaku plagiat.

Menurut Bandura (1994) mahasiswa yang melakukan plagiat adalah karena memiliki efikasi diri yang rendah. Efikasi diri adalah hasil evaluasi individu atas kemampuan dan potensi diri yang akan menjadi dasar perilakunya menghadapi tugas-tugas di waktu kemudian, selain itu, efikasi diri merupakan hasil proses kognitif sosial yang berwujud keyakinan dan pengharapan serta keputusan pada kemampuan individu dalam bertindak guna memperoleh hasil yang maksimal.

 Blachnio dan Weremko (2011) dalam penelitian eksperimennya menemukan hal yang serupa, bahwa seseorang dengan keyakinan diri yang rendah, tidak percaya dengankemampuannya sendiri, sehingga, mereka cenderung untuk melihat karya/tulisan orang lain.

Barzegar dan Khezri (2012) menemukan dalam 7 Forum Ilmiah dan Seminar Internasional Forum FIP-JIP Se-Indonesia di Universitas Negeri Medan Garuda Plaza Hotel, 29 Okt – 31 Oktober 2013 penelitiannya bahwa seseorang dengan efikasi diri yang rendah bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi lebih cenderung untuk melakukan perilaku plagiat.

Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang berpikir, berperilaku dan memotivasi diri mereka sendiri. Keyakinan tersebut menghasilkan berbagai pengaruh dalam kehidupan akademik mereka. Rendahnya efikasi diri merepresentasikan kurangnya keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dengan benar dan optimal, sehingga dari penjelasan tersebut, plagiat dapat dihubungkan dengan tingkat efikasi diri yang rendah, karena ketidakpercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam mencapai hasil yang diinginkan dapat mengarahkan mereka mencari strategi lain (seperti mencontek/plagiat) untuk mencapai kesuksesan

Beberapa faktor yang menyebabkan tindak plagiat masih terjadi di kalangan mahasiswa adalah:

1. Kurangnya pengetahuan tentang aturan penulisan karya ilmiah :

Mahasiswa seringkali di berikan banyak tugas oleh dosen. Di dalam membuat tugas yang di berikan oleh dosen, sebagian  mahasiswa belum  mengerti tentang bagaimana tata cara membuat karya ilmiah. Oleh sebab itulah  sangat penting untuk memahami tata cara penulisan yang baik dan benar.

2. Penyalahgunaan teknologi :

Di dalam erang yang serba modern, banyak sekali kita mendapatkan  sebuah informasi. Entah itu melalui medai cetak maupun media elektronik. Akan tetapi banyak mahasiswa yang menggunakan teknologi sebagai bahan referensinya, internet adalah  salah  satu  contoh yang sering di gunakan oleh mahasiswa untuk bahan referensi. Akan  tetapi mahasiswa sering tidak mencantumkan sumber yang mereka peroleh ke dalam tugasnya.

3. Malas :

Sifat  malas  pasti ada pada dalam diri seorang  manusia, begitupun seorang mahasiswa pasti mempunyai sifat malas. Karena dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen sehingga mereka mengambil jalan pintas dengan  copy-paste karya seseorang  dengan  tidak mencantumkan darimana sumber yang mereka dapatkan.

4. Tidak percaya diri

Mahasiswa sangat berbeda sekali dengan  seorang siswa. Seringkali mereka tidak percaya diri akan pikiran-pikiran yang mereka keluarkan. Bahkan mereka beranggapan karya orang  orang lain di anggap lebih sempurna dari pada karyanya sendiri. Tetapi  tiu belum pasti benar. Yang harus di tanamkan di dalam diri setiap mahasiswa adalah  kepercayaan diri.

5. Hanya menginginkan nilai bagus.

Bayak mahasiswa yang kuliah hanya untuk mendapatkan gelar saja. Mereka tidak dapat mengembangkan pola fikirnya. Sehingga mereka berfikiran sempit dengan beranggapan kuliah  hanya untuk mendapat nilai bagus. Sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk mendat nilai bagus dari dosen.

6. Sanksi belum ditegakkan secara tegas.

Di Indonesia sudah  terdapat perlindungan  terhadap hasil karya seseorang. Akan tetapi hukum yang sudah ada belum secara maksimal di tegakkan. Sehingga tindak plagiat masih terjadi di kalangan mahasiswa. Bahkan tidak dapat di bedakan antara kaya yang asli dengan karya jiplakkan. Karena ahlinya seorang  plagiator.(4)

5. Upaya Untuk Mengurangi  Tidak plagiat :

Ditinjau dari faktor-faktor  yang  telah diuraikan diatas, penyebabkan plagiat tetap berlangsung di kalangan mahasiswa, ada beberapa upaya yang harus di lakukan oleh mahasiswa untuk mengurangi plagiat ialah sebagai berikut:

  • Mempelajari tata cara penulisan karya ilmiah.

Di dalam kehidupan  sebagai mahasiswa kita harus selalu membaca. Kita pasti mendapatkan buku panduan untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah. Sehingga kita baca dan pahami bagaimana tatacara dalam  membuat sebuah karya tulis ilmiah.

  • Tindakan yang tegas bagi para plagiator.

Hukum harus bertidak tegas terhadap para plagiator. Jangan  pandang bulu. Sehingga dalam penegakan hukum dapat berjalan  dengan  lancar dan membuat jera para plagiator.

  • Menanamkan moral  anti plagiat dalam diri sendiri.

Penanaman  moral anti plagiat sangat penting sekali. Mereka harus percaya diri dalam mengerjakan tugas. Bukan nilai yang baik dalam mengerjakn tugas, tetapi ilmu yang bermanfaatlah yang kita cari. Sehingga terdi sifat menghargai antar karya seseorang.

  1. memberikan sosialisasi dan sanksi yang tegas bagi pelaku plagiat tanpa terkecuali baik dosen ataupun mahasiswa
  2. menanamkan kejujuran dan integritas bagi mahasiswa
  3. memberikan pengetahuan tentang keterampilan menulis karya ilmiah dan sikap ilmiah, dan
  4. memberikan pengetahuan tentang learning skills bagi mahasiswa agar dapat mengelola waktu belajarnya dan memiliki strategi belajar efektif agar terhindar dari plagiat.(4)

DAFTAR PUSTAKA :

http://anneramadhanty.blogspot.com/2015/01/peran-internet-sebagai-mediasi.html

http://aryodwiwahyun13.blogspot.com/2015/01/global-brain-dan-peran-internet.html

http://salsabilasetiawan.blogspot.com/2014/01/publikasi-online-etika-dalam-penelitian.html

Click to access unm-digilib-unm-faridaarya-304-1-paperji-i.pdf

Leave a comment